Anak perempuan seringkali diciptakan dengan perasaan yang lebih peka. Sedikit saja salah dalam ucapan, bisa membekas menjadi luka. Berikut adalah seni mendidik dengan cinta.
Anak perempuan, terutama balita, sangat peka pada nada suara. Nada tinggi atau ketus dapat membuatnya merasa ditolak. Gunakan suara lembut namun tetap jelas dalam arahan Anda.
"Nak, sandal kita simpan di rak yuk, biar rapi seperti rumah Nabi!"
Hindari melabeli anak. Alih-alih mengatakan "Kamu nakal!", lebih baik fokus pada tindakan spesifiknya. Dengan begitu, kita membimbing perilakunya, bukan menghakimi dirinya.
"Tadi bunda lihat kamu dorong adik. Yuk kita minta maaf ya."
Menegur di puncak emosi tidak akan efektif. Ambil jeda, tenangkan diri, lalu sampaikan teguran dengan kalimat yang jernih saat suasana sudah lebih teduh.
"Kamu tadi ambil mainan temannya ya? Yuk kita bahas setelah main selesai ya, Nak."
Daripada menyalahkan, libatkan ia dalam proses mencari jalan keluar. Ini akan membuatnya merasa dipercaya sekaligus melatihnya untuk bertanggung jawab.
"Kalau besok kamu nggak rebutan lagi, kira-kira caranya gimana ya?"
Anak perempuan sangat sensitif terhadap rasa malu. Hindari menegurnya di depan orang lain agar ia tidak merasa direndahkan. Lakukan secara pribadi.
Setelah menegur, jangan biarkan ia larut dalam rasa bersalah. Peluk dia untuk menunjukkan bahwa cinta Anda tidak berkurang, bahkan ketika ia berbuat salah.
"Bunda tahu kamu tadi marah. Tapi kamu juga anak yang penyayang. Yuk kita belajar sabar bareng-bareng ya."